BAB
13
Motivasi, Pengajaran, dan
Pmebelajaran
Motivasi
adalah
proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku.
Perspektif
tentang Motivasi
ada empat perspektif:
behavioral, humanistis, kognitif, dan social.
·
Perspektif
Behavioral
Dimana
menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan
motivasi murid. Insentif adalah
peristiwa atau stimuli positif atau negative yang dapat memotivasi perilaku
murid.
·
Perspektif
Humanistis
Perspektif
ini menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan
untuk memilih nasib mereka, dan kualitas positif (seperti peka terhadap orang
lain). Menurut hierarki kebutuhan,
bahwa kebutuhan individual harus dipuaskan dalam urutan sebagai berikut:
1. Fisiologis:
lapar, haus, tidur
2. Keamanan:
bertahan hidup, seperti perlindungan dari perang dan kejahatan.
3. Cinta
dan rasa memiliki: keamanan, kasih saying, dan perhatian dari orang lain.
4. Harga
diri: menghargai diri sendiri.
5. Aktualisasi
diri: realisasi potensi diri.
Perspektif
Kognitif
Perspektif kognitif
tentang motivasi sesuai dengan gagasan R.W. White (1959), yang mengusulkan
konsep motivasi kompetensi, yakni ide bahwa orang termotivasi untuk
menghadapi lingkungan mereka secara efektif, menguasai dunia mereka, dan
memproses informasi secara efisien.
Perspektif
Sosial
Kebutuhan
afiliasi atau keterhubungan adalah motif untuk berhubungan dengan orang
lain secara aman.
Motivasi
Untuk Meraih Sesuatu
Motivasi
Ekstrinsik dan Intrinsik
·
Motivasi
Ekstrinsik
Adalah
melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara yntuk mencapai
tujuan)
·
Motivasi
Intrinsik
Adalah
motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu
sendiri).
Proses
Kognitif Lainnya
Atribusi
Teori
Atribusi menyatakan bahwa dalam usaha mereka memahami
perilaku atau kinerjanya sendiri, orang-orang termotivasi untuk menemukan
sebab-sebab yang mendasarinya. Atribusi adalah sebab-sebab yang dianggap
menimbulkan hasil.
Motivasi
untuk Menguasai
Anak dengan orientasi untuk menguasai yang dimana
pandangan personal yang melibatkan penguasaan atas tugas, sikap positif dan
strategi berorientasi solusi. Sebaliknya, anak dengan orientasi tak berdaya yang dimana pandangan personal yang focus
pada ketidakmampuan personal, atribusi kesulitan pada kurangnya kemampuan, dan
sikap negative. Ada juga orientasi
kinerja, dimana pandangan personal yang lebih menitikberatkan pada
kinerja/hasil ketimbang prosesnya; bagi murid berorientasi kinerja, kemenangan
atau keberhasilan adalah penting dan kebahagian dianggap sebagai hasil dari
kemenangan.
Self-Efficacy
ialah
keyakinan bahwa seseorang bias menguasai situasi dan memproduksi hasil
produksi.
Kecemasan
dan Prestasi
Kecemasan
(anxiety) adalah perasaan takut dan kegundahan yang tidak
jelas dan tidak menyenangkan. Adalah normal jika murid kadang merasa cemas ata
khawatir saat menghadapi kesulitan di sekolah, seperti saat akan mengerjakan
ujian.
Ekspetasi
Guru
Motivasi dan kinerja
murid mungkin dipengaruhi oleh ekspetasi guru. Guru sering kali punya ekspetasi
lebih positif untuk murid berkemampuan tinggi ketimbang murid berkemampuan
rendah. Ekspetasi ini kemungkinan akan memengaruhi sikap dan perilaku murid
terhadap guru.
Motivasi,
Hubungan dan Konteks Sosiokultural
Motif
Sosial
Adalah kebutuhan dan
keinginan yang dikenal melalui pengalaman dengan dunia social.
Hubungan
Sosial
Hubungan murid dengan
orang tua, teman sebaya, kawan, guru dan mentor, dan orang lain, dapat
memengaruhi prestasi dan motivasi social mereka.
Karakteristik
demografis
Dimana orang tua dengan
pendidikan yang lebih tinggi akan lebih mungkin percaya bahwa keterlibatan
mereka dalam pendidikan anak adalah penting.
Praktik
pengasuhan anak
·
Mengenal betul anak dan memberi
tantangan dan dukungan dalam kadar yang tepat.
·
Memberikan iklim emosional yang positif,
yang memotivasi anak untuk menginternalisasikan nilai dan tujuan orang tua.
·
Menjadi model perilaku yang memberi
motivasi: bekerja keras dan gigih menghadapi tantangan.
Konteks
Sosiokultural
·
Status Sosioekonomi dan Etnisitas
·
Gender
Murid
Berprestasi Rendah dan Sulit Didekati
Jere Brophy (1998)
mendeskripsikan strategi untuk meningkatkan motivasi dua jenis murid yang susah
didekati dan berprestasi rendah ini:
1. Murid yang tidak semangat dan
kurang percaya diri dan kurang bermotivasi untuk belajar
Mencakup:
·
Murid berprestasi rendah dengan
ekspetasi kesuksesan yang rendah
·
Murid dengan sindrom kegagalan. Sindrom
kegagalan ialah murid memiliki ekspetasi rendah untuk meraih kesuksesan dan
menyerah saat menghadapi kesulitan awal.
·
Murid yang termotivasi untuk melindungi
harga dirinya dengan menghindari kegagalan.
2. Murid yang tidak tertarik atau
terasing
Bahwa
problem motivasi paling sulit adalah murid yang apatis, tidak tertarik belajar,
atau teralienasi atau menjauhkan diri dari pembelajaran sekolah.